SEJARAH SENI RUPA BARAT
Sejarah Seni Rupa Barat

Gaya Klasik (Romawi)
Sebelum
berdirinya Kerajaan Romawi, Italia Tengah didiami oleh bangsa Etruska.
Kebudayaan bangsa ini banyak sekali dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani
ketika bangsa ini menduduki Italia. Pengarang Romawi, Vitruvius
menceritakan bahwa dalam seni bangunan, terutama kuil-kuil, banyak
sekali kelihatan pengaruh tersebut. Kuburan-kuburan dibangun menyerupai
cugung Yunani dan pada bagian bawah, yakni di dalam tanah dibuat seperti
ruang-ruang jenazah orang Mesir.
Dalam
membangung keperluan-keperluan yang langsung dipergunakan, seperti
jembatan-jembatan dan gerbang-gerbang kota, mereka memakai bentuk-bentuk
lengkung dan relung-relung yang menurut dugaan para ahli adalah tiruan
dari bangunan relung Mesopotamia, pengaruh yang dibawa oleh
pelaut-pelaut Fenisia.
Seni
lukis Romawi dapat dijumpai di dalam rumah-rumah bangsawan di kota
Pompei. Lukisan ini merupakan lukisan dinding dari kapur lembab
(fresco).
Ciri-ciri
yang jelas adalah unsur-unsur perspektif yang dikemukakan yang
bertentangan atau berlawanan dengan pengertian hiasan datar. Oleh karena
itu lukisan ini membawa efek lain, yaitu tidak seperti kita melihat
dinding yang digambari, melainkan melihat pemandangan alam yang
sebenarnya. Kadang-kadang bagian yang kecil dari tembok dilukisi dengan
cerita-cerita mitos yang mengesankan lukisan dinding (mural).
Di
dalam istana-istana Romawi terdapat juga lantai-lantai dalam bentuk
mozaik yang memperlihatkan suasana ilusionis disebabkan unsur perspektif
serta gelap dan terang dipergunakan. Contoh yang indah adalah suatu
mozaik lantai yang menggambarkan pertempuran Iskandar Agung melawan
orang Persia, yaitu pertempuran dekat Issus.
Demikianlah karya-karya seni lukis Romawi yang dianggap mengikuti jejak seni lukis Yunani.
Gaya Nasrani Kuno
a. Zaman Katakomba
Sesuatu
yang tak kalah pentingnya dengan liang-liang katakomba dan ruang-ruang
ibadat ialah tulisan-tulisan pada kuburan-kuburan dan kisah-kisah yang
dilukiskan pada dinding dan langit-langit. Tulisan-tulisan merupakan
ucapan-ucapan hormat dan cinta kasih kepada yang meninggal. Semua
lukisan merupakan hiburan dan pendorong bagi yang hidup. Semua lukisan
menggambarkan kebangunan-kebangunan di dalam kuburan dan
pertolongan-pertolongan ajaib (mukjizat) dari siksaan dan malapetaka.
Kebangkitan Lazarus, hikayat Yunus dengan ikan paus, Daniel di liang
singa, Suzanna dan orang tua, tentang tiga orang laki-laki dalam api
pembakaran, Nabi Nuh dengan kapalnya, hikayat Nabi Musa dan sebagainya.
Ada pula lukisan-lukisan orang-orang yang telah mati sedang
bersembahyang di sorga atau sedang menikmati hidangan yang lezat-lezat.
Karya
seni lukis Nasrani Kuno ini tampaknya memang masih sangat dipengaruhi
seni lukis Romawi. Maka tidak jarang lukisan Nabi Isa yang terdapat
dalam Katakomba dibuat seperti Orpheus yang dengan nyanyiannya
menjinakkan binatang buas. Makhluk dalam kisah Andromeda dilukiskan
sebagai ikan paus dalam hikayat Yunus, peti kepunyaan Danae sebagai
kapal Nabi Nuh. Burung bangau dalam mitos Yunani ditiru sebagai lambang
keabadian, dan burung nuri sebagai lambang kebangkitan. Roh-roh
dilukiskan sebagai Dewi Psyche Yunani, dewi cinta sebagai Eros, bidadari
sebagai cupido bersayap, dan kebahagiaan di sorga digambarkan sebagai orang-orang yang muda belia dan sebagainya.
Di
samping itu muncul pula gambar-gambar motif Nasrani asli yang murni.
Lambang-lambang ini dipilih demikian rupa sehingga oleh orang-orang
Nasrani yang percaya dan beriman dapat dipahami, seperti pelepah pohon
zaitun, pelepah pohon palma, perahu, jangkar, pohon anggur, ikan, anak
domba, burung dara, huruf dan monogram.
Jika
kepercayaan Romawi dalam menanggapi suatu benda hanya lahiriahnya saja,
tidak memberikanarti rohaniah, maka kaum Nasrani sebaliknya. Mereka
mempercayai akan adanya pembalasan, sahid, kemenangan, serta pahala;
mempercayai lambang-lambang Sakramen Nasrani serta Nabi Isa.
Lukisan-lukisan
di dalam Katakomba bukanlah dimaksudkan sebagai lukisan yang
menggambarkan keadaan sehari-hari, melainkan selalu membawakan
pengertian keagamaan, pengertian akan hari akhirat.
b. Zaman Basilika
Dalam
tahun 313 Kaisar Konstantin memberi kebebasan kepada kaum Nasrani untuk
menjalankan siar agamnya (undang-undang Milano). Dan dalam tahun 380
Kaisar Theodosius mengeluarkan pengumuman, bahwa agama Nasrani telah
dijadikan agama negara. Sejak saat itu kesenian Nasrani dapat berkembang
dengan leluasa.
Di
bidang seni lukis, lukisan-lukisan dinding merupakan teknik mozaik yang
oleh bangsa Romawi dalam zaman berhala sudah dikerjakan pada
lantai-lantai istana. Seniman-seniman Nasrani lebih pandai dalam
mengatur warna dan lebih cepat dapat memberi efek berkilau-kilauan
dengan mempergunakan kepingan-kepingan pualam berwarna atau
beling-beling yang bercat perada. Terutama warna emas latar belakang
yang disapu dnegan perada, amat kemilau tampaknya, sehingga dikatakan
“mozaik emas”. Kecuali perbedaan warna serta bahan yang dipergunakan,
seni mozaik Nasrani Kuno sama dengan karya orang Romawi, sama dalam
kebebasan komposisi, efek warna, dan cahaya serta bayangan, dan
sebagainya. Contoh-contoh yang indah adalah mozaik-mozaik di makam Galla
Placidia di Ravenna.
c. Zaman Byzantium
Keping-keping (panel) kecil terbuat dari papan atau tembaga yang dilukisi, disebut ikon,
banyak dijumpai. Tetapi sebagian besar telah hancur dan binasa. Sebagai
ciri khusus, tampak kekasaran dalam gaya. Garis-garis lurus pada
kerut-kerut pakaian, sikap yang tegak, wajah yang kaku, dan tidak banyak
meniru alam sesungguhnya. Ciri-ciri ini terdapat juga pada karya-karya
gambar cat kaca dan mozaik-mozaik. Mozaik-mozaik di Aya Sophia oleh
orang Turki telah dilabur, yang tadinya adalah hasil kesenian yang amat
indah.
Setelah
Kaisar Theodorik meninggal, Kaisar Justinianus memerintahkan
menyelesaikan gereja-gereja yang terbengkalai di Ravenna. Kemudian
disuruhnya pula membuat mozaik yang menggambarkan baginda dengan
permaisuri diiringi seisi istana. Raja dan ratu tampak memakai nimbus
sebagai mahkota. Dalam barisan yang lurus tampak iring-iringan berjalan
bersisi-sisian. Pad agambar-gambar suci, baik kerut-kerutan pakaian,
sikap dan roman muka, tampaknya amat serupa, sehingga kelihatannya
seperti hiasan yang bermotif itu-itu juga atau diulang-ulang, tidak
merupakan gambar-gambar daripada orang-orang yang berlainan. Cara yang
kasar dan kaku ini adalah ciri khas seni Bizantium yang berkesan
dekoratif.
Gaya Romanesk (Romanisme)
Peradaban
orang Eropa Utarajauh terbelakang dibandingkan dengan peradaban orang
Bizantium dan Romawi. Perpindahan penduduk secara besar-besaran dan
berakhirnya kekuasaan Kekaisaran Romawi menyebabkan terhentinya
peradaban di Eropa Utara, yang sesungguhnya baru mulai ditingkatkan oleh
orang Romawi. Ada juga rahib-rahib dari gereja Benendikta pada abad
ke-8 yang berusaha membawa peradaban ke utara, yang disokong oleh Karel
Agung. Usaha itu banyak membawa kemajuan, tetapi kemudian hancur pula
oleh peperangan-peperangan yang dilakukan oleh turunan Karel Agung
sendiri. Dan dengan adanya penyerbuan bajak-bajak laut Norwegia pada
tahun 800-1000, diganyang pula sisa-sisa yang masih ada. Maka hancurlah
kebudayaan Eropa.
Keadaan
pada abad ke-9 dan ke-10 sedemikian bergolaknya, sehingga ilmu
pengetahuan dan kesenian hanya dapat berkembang di biara-biara saja.
Maka taklah dapat disangkal, kalau abad ke-10 itu dinamakan orang “Abad
Besi”.
Setelah
berlalu tahun 1000, kemajuan-kemajuan mulai terlihat. Usaha ini pada
masa itu hanya dipimpin oleh kaum agama. Oleh sebab itu kesenian pada
abad tersebut amat dipengaruhi oleh suasana keagamaan. Usaha-usaha dalam
berbagai bidang pun mulai bergerak cepat.
Tentang bangunan-bangunan atau kesenian profan belum menjadi persoalan dan tidak pernah dipikirkan.
Seni
lukis Zaman Romanesk hanya terbatas pada lukisan di atas kertas
perkamen sebagai ilustrasi buku yang ditulis dengan tangan.
Lukisan-lukisan dinding pada gereja-gereja Romaneska yang gelap boleh
dikatakan sedikit sekali. Lukisan-lukisan dalam bentuk keping-keping
(panel) dapat dikatakan tidak ada sama sekal.
Apa
yang terlihat dalam seni patung, maka pada seni lukis demikian pula.
Penggambaran senantiasa lebih mengutamakan cita agama daripada kenyataan
duniawi. Jadi, kesenian hasil seni Romanesk disebut ideoplastis. Pengertian yang dikandung lebih diutamakan daripada bentuk. Tuhan dan agama menjadi pusat kegiatan mencipta.
Penjelmaan
lain dari bentuk alam adalah ciri yang menonjol dari gaya Romanesk,
sama kuatnya di bidang seni patung dan seni lukis. Unsur perspektif
tidak ada. Warna terdapat pada bidang rata, sehingga mengesankan karya
dekoratif sesuai dengan bentuk miniaturnya. Demikian pula dengan seni
mosaik, kaca patri pada jendela-jendela memberikan kesan yang serupa.
Jadi, pada lukisan tidak terdapat perspektif bentuk maupun perspektif
warna.
Gaya Gotik
a. Seni Lukis Kaca
Seni
kaca jendela yang tertua menunjukkan dibuat pada abad ke-12. Kaca-kaca
berwarna dipotong-potong menurut bentuk yang telah ditentukan, lalu
disambung-sambung dengan patrian. Kecuali timah-timah, dipakai juga besi
sebagai bingkai untuk penahan tekanan angin. Jendela-jendela dibagi
pula atas petak-petak yang sama dan tiap-tiap petak mempunyai gambar
sendiri-sendiri. Tetapi ada juga jendela-jendela yang keseluruhan
bidangnya merupakan sebuah lukisan. Palang-palang besi bingkai dipasang
membelah-belah lukisan.
Seni
lukis kaca yang demikian ini tidak dapat dibuat orang lagi sesudah abad
ke-12,13. Sebabnya justru karena hasil dari teknik yang belum sempurna,
penuh dengan susunan kaca yang tidak sama jenisnya, itulah yang
menimbulkan efek yang kemilau. Sebenarnya karya ini merupakan mozaik
kaca.
Jendela-jendela
Chartres yang termasyur adalah karya-karya Gotik masa permulaan
perkembangannya, yakni karya abad ke-12 dan permulaan abad ke-13.
b. Lukisan Dinding dan Lukisan Panel
Pada
zaman Romanesk seni lukis terbatas pada pelukisan-pelukisan miniatur.
Pada zaman permulaan Gotik hampir tidak berbeda hanya gayanya lebih
menggambarkan corak “fisioplastis” (meniru bentuk alam), yakni
menekankan pada lahiriah.
Sesudah
tahun 1300 barulah terdapat lukisan-lukisan pada kepingan (panel) atau
lukisan di tembok-tembok. Tetapi orang menganggap para ahli agak
keberatan untuk memasukkannya ke dalam golongan karya Gotik, karena di
Italia Gotik kurang mendapat penghargaan.
Pelopor
fisioplastis adalah Cimabue (± 1240 – 1300). Yang dapat dikatakan
sealiran, meskipun baru dalam taraf permulaan, adalah Duccio. Murid
Cimabue yang menjadi terkenal ialah Giotto (1260 – 1330). Meskipun Gotto
ini melukis keadaan alam seperti kenyataannya, tetapi tidak jarang ia
melukis menurut perasaan-perasaannya. Untuk mendapat efek warna, gambar
kuda diberinya warna merah, pohon-pohon biru, dan sebagainya. Perspektif
juga diabaikan dengan tujuan untuk mendapatkan efek yang lebih
memuaskan.
Pelukis
besar pada zaman Gotik ini ialah pelukis Belanda, Jan van Eyck. Dan
yang terakhir termasuk besar pula adalah Jeroen Bosch (± 1450 – 1516).
Meskipun masa kerjanya terus sampai ke abad ke-16, tetapi ia masih
tergolong seniman akhir zaman tengah.
Perbedaan
Jeroen Bosch dengan pelukis-pelukis lainnya ialah, jika pelukis-pelukis
lain melukiskan tema-tema agama dalam unsur kesucian, seperti pahala,
bidadari, dan sebagainya, Bosch sebaliknya. Ia melukiskan tema-tema
agama dalam bentuk unsur-unsur dosa, neraka, iblis, kedurhakaan dan
lain-lain. Dialah pelukis besar penutup zaman tengah.
Akhir
zaman tengah ini melahirkan pelukis-pelukis terkenal, dari Perancis
Jean Fouquet (1415–1485),Jerman mempunyai Stephan Lochner (± 1400 –
1452),Martin Schongauer (1455–1491), Michael Wolgmunt (1434–1519), dan
Belanda Comelis Engebrechtsz (1468–1533).
Renaissance
Aliran
Renaissance adalah suatu aliran baru yang lahir di Italia. Bermula pada
abad ke-15 dan mencapai puncaknya pada abad ke-16. kota yang terkenal
tempat berpusatnya aliran ini adalah Florence.
Renaissance
berarti kelahiran baru, suatu pandangan hidup yang merupakan sanggahan
bagi Zaman Tengah. Untuk mengetahui dan menelaah aliran Renaissance dan
sebab-sebab adanya kelahiran baru ini, hendaklah kita menoleh kembali,
ke abad-abad sebelumnya, terutama ke Zaman Tengah.
Sebabnya
periode ini dinamakan kelahiran baru, karena pada abad-abad sebelumnya,
apa-apa yang lahir baru ini sudah lahir juga pada masa itu. Hanya saja
karena pada abad-abad yang lalu itu apa-apa yang lahir itu tidak atau
belum mendapat perhatian, bahkan mendapat tekanan. Maka pada permulaan
abad ke-15 ia lahir kembali, akan tetapi tidak berarti bahwa ia tidak
mendapat tantangan atau halangan-halangan pula. Halangan-halangan dan rintangan tetap ada.
Sebagai
contoh bahwa pada permulaan abad ke-15 ini paham Renaissance masih
keras ditentang, terjadi pada diri Bruno (1548 – 1600). Ia dihukum bakar
karena mengemukakan pahamnya yang dianggap menentang agama Nasrani.
Demikian juga dengan Galileo (1564 – 1642), ahli ilmu falak dan filsuf
utama yang dihukum penjara dengan tidak ditentukan lamanya, jadi
rintangan itu masih ada dan sama benar dengan peristiwa yang menimpa
diri Socrates (470 – 400 SM). Ia dihukum mati (minum racun) karena ia
telah berani menurunkan filsafat dari langit ke bumi. Jadi, apa yang
dilakukan oleh Socrates, filsuf besar itu, belum mendapat sambutan yang
baik atau tidak ditampatkan pada tempat yang sewajarnya. Hal ini masih
terjadi pada Zaman Renaissance ini. Jadi nyatlah bahwa rintangan itu
masih ada, hanya saja desakan serta nafas zaman ini lebih memberi
kesempatan untuk menanggapi segala buah pikiran dan penemuan-penemuan
baru.
Sejarah seni rupa tidak terlepas dari perkembangan sejarah dunia. Sejarah dunia dibagi atas 4 bagian, yaitu:
- Zaman Kuna : dari ± 4000 sebelum tarikh Masehi, sampai 476 sesudah tarikh Masehi, yaitu jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat;
- Zaman Tengah : dari 476 – 1492, yaitu sampai ditemukannya Benua Amerika;
- Zaman Baru : dari 1492 – 1789, yaitu sampai Revolusi Perancis;
- Zaman Modern : dari 1789 – sekarang;
Maka sejarah seni rupa termasuk pada bagian-bagian tersebut denagn periodenya masing-masing.
Zaman
Prasejarah termasuk dalam golongan ke-1, yaitu Zaman Kuna. Kemudian
disusul dengan Zaman Mesir, Babilonia, Asiria, Persia, Yunani dan
Romawi, yang semuanya tergolong Zaman Kuna.
Dari
± 500 s/d ± 1000 disebutkan masa pembentukan. Tahun ± 1000 s/d 1300
disebutkan masa berkembang (gemilang), dan 1300 s/d 1500 disebut masa
kemunduran. Inilah yang termasuk dalam Zaman Tengah.
Dari
± 1500 ialah Zaman Renaissance, yang sesungguhnya masa pembentukkannya
telah dimulai ± 1420. Aliran Renaissance ini dilanjutkan dengan aliran
Barok hingga akhir abad ke-18.
Dari
akhir abad ke-18 sampai sekarang ini termasuk Zaman Modern yang
melahirkan aliran-aliran seni rupa modern, seperti Impresionisme,
Ekspresionisme, Kubisme, Dadaisme, Futurisme, dan lain-lain.
Mengapakah
Renaissance justru lahir di Italia? Sebabnya, oleh karena kebudayaan
Romawi yang telah demikian tinggi dan majunya, maka perekonomian dan
perdagangan berkembang dengan baik, sehingga melahiorkan
golongan-golongan saudagar dan hartawan yang berdiam di bandar-bandar
Italia.
Pada
Zaman Tengah yang berkuasa adalah kaum agama. Pendeta dan gereja
memegang peranan penting dalam politik pemerintah, serta kegiatan seni
pada umumnya, dan seni rupa pada khususnya dipengaruhi pula oleh cara
berpikir dan suasana masyarakat dewasa ini. Semua kegiatan seni adalah
untuk hal-hal yang berhubungan dengan ketuhanan dan kerohanian. Cita
rasa, keserasian pandangan menurut estetika Gotik, terlukis pada
komposisi yang menjulang ke atas (vertikalisme), melambangkan keyakinan
akan kekuasaan gaib di atas segala-galanya.
Paham Zaman Tengah ini disebut teosentris,
oleh karena segala kegiatan dipusatkan kepada Tuhan. Manusia merasa
dirinya tidak berdaya, hina papa – segala-galanya adalah kehendak Yang
Maha Kuasa.
Dengan
timbulnya golongan hartawan yang mempunyai harta benda yang
berlimpah-limpah, maka mereka tetap berusaha untuk tetap hidup mewah dan
mengumpulkan harta kekayaan sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu, zaman
ini disebut juga zaman permulaan kapitalisme.
Golongan
hartawan ini tidak berminat lagi untuk menyuruh anak-anak mereka
menjadi pendeta atau pahlawan perang. Perhatian mereka mulai ditunjukkan
pada hal-hal duniawi dan sifat Renaissance yang mudah dikenal antara
lain, ialah ciri-cirinya yang individualistis.
Untuk
melaksanakaan keinginan kaum hartawan tersebut, tentulah mereka harus
lebih banyak memperhatikan masalah manusia di sekitarnya. Perdagangan
dan pelayaran harus diperluas. Terutama ke negeri-negeri timur yang
dianggap kaya raya; menurut khayalan orang pada masa itu pantainya
berpasirkan intan permata dan berbatukan bungkalan emas.
Untuk
mencapai cita-cita ini mereka harus lebih banyak mengenal alam seperti
mengenal bumi, bulan serta bintang-bintang di cakrawala guna kepentingan
ilmu pelayaran. Juga membiayai usaha-usaha ilmiah seperti penyempurnaan
pedoman hingga dapat memperluas dunia pelayaran sampai-sampai ke India
(Vasco da Gama 1497) dan ke Amerika (Columbus 1492).
Para
sarjana haruis dibantu usahanya semikian juga seniman-seniman yang
bekerja untuk memberikan kemewahan, baik dalam seni pakai, seni murni,
seni suara, dan musik semuanya mendapat perhatian dan sokongan besar
dari para hartawan
Dalam
Zaman Renaissance ini kaum cerdik pandai dan seniman mulai mendapat
perhatian dan bantuan yang sangat menguntungkan bagi usaha-usaha mereka.
Dan kaum hartawan menilai dari segi keuntungan material yang dapat
mereka peroleh dengan adanya usaha-usaha membantu kaum cerdik pandai dan
seniman.
Pandangan
yang tadinya dipusatkan pada masalah ketuhanan, sekarang dibelokkan ke
arah pandangan baru, yaitu memusatkan kepada manusia, sehingga aliran
ini dikatakan bersifat antroposentris.
Selain
dari timbulnya gejala kapitalisme, individualisme, memperbedakan
seorang dengan yang lain, sebab yang utama juga ialah karena ada timbul
aliran atau paham baru yang menentang agama Katolik – Roma.
Banyak
pemimpin agama yang tidak menaati undang-undang atau peraturan gereja,
penyelewengan dan korupsi dalam pengangkatan uskup-uskup, dan
sebagainya. Maka kekuasaan kaum agama mendapat reaksi besar.
Kelanjutannya muncul gerakan Reformasi
yang dipimpin oleh Martin Luther (seorang guru besar pada perguruan
tinggi di Wittenberg, terkenal dengan Konfesi Augsburg sebagai pengakuan
mashabnya). Pandangan baru di kalangan reformasi yang beranggapan bahwa
bukan hanya gereja saja sebagai alat satu-satunya untuk dapat
menyatukan diri dengan Tuhan, menjadi salah satu unsur pula dalam
kelahiran sifat-sifat antroposentris.
Pada
gambar-gambar atau lukisan maupun seni pahat serta seni bangunan zaman
Renaissance, dapat terlihat cirinya yang nyata melalui hukum naturalisme
dan komposisi yang melebar atau horizontal.
Jika
dalam karya gotik kita melihat karya yang serba ke atas (vertical),
maka karya zaman Renaissance ini kita melihat yang serba melebar
(horizontal).
Pengaruh
Renaissance dalam seni lukis terlihat pada anatomi, proporsi,
perspektif, warna, cahaya, komposisi, dan juga mengenai tema.
Tokoh-tokoh Renaissance :
- Leonardo da Vinci (1452 – 1519) Karyanya yang terkenal :The Last Supper Monalisa
- Raffael Santi (1483 – 1520)Karyanya yang terkenal : Madonna im grunen
- Michelangelo (1475 – 1564)Karyanya yang terkenal :Caravaggio
Barok
Barok
(Baroque) lahir pada bagian kedua dari pertengahan abadak ke-16,
sebagai pertanda bermulanya pengaruh kesenian di Italia yang sesudah
tahun 1600 menyerbu ke seluruh Eropa.
Barok
berasal dari kata Romawi yang berarti “tidak beraturan” atau
“menyimpang”. Dalam perkembangannya, Michelangelo dan Palladio dianggap
sebagai Bapak Barok, karena keduanyalah seniman yang menjiwai paham ini.
Renaissance
melepaskan cara berpikir Zaman Tengah yang berbau gereja. Akibat
kelanjutan pandangan hidup ini ia bergerak makin maju, lebih
memperhatikan dunia ini secara rasional. Kemajuan pandangan inilah yang
menghayati seni Barok, sebagaimana lazimnya pertumbuhan seni yang
sudah-sudah.
Peter
Paul Rubens (1577 – 1640), seorang seniman Belanda, pergi ke Italia
untuk belajar pada seniman-seniman besar Italia pada zaman itu. Akhirnya
Rubens inilah yang terkenal sebagai pelopor seni Barok.
Rubens
melukiskan tubuh-tubuh orang penuh dengan otot-otot serta tokoh-tokoh
perkasa seperti karya gurunya, Michelangelo disertai pula oleh warna
yang gilang-gemilang yang diwarisi dari gurunya, Titian. Komposisinya
merupakan manusia yang banyak dengan erak yang bergejolak gelisah.
Ciri
yang jelas terlihat pada Zaman Barok ini ialah seniman lebih bebas atau
leluasan menempatkan dirinya pada hasil-hasil karyanya, sehingga warna
tampaknya lebih cemerlang serta ukir-ukiran lebih bergaya, dan efek
cahaya lebih mengesankan. Juga gerak dan karakter pakaian, kain-kain
(drapery) pada seni patung diberi aksen hingga lebih memperlihatkan
gerak yang hidup dan wajar. Karya Rubens: Maria Medici
Zaman
ini melahirkan pula pelukis besar yang amat terkenal ke seluruh dunia
hingga masa sekarang. Dia adalah Rembrandt van Rijn (1606 – 1669)
Lukisa
Rembrandt yang terkenal adalah “Nacht Wacht”. Ia tidak banyak
mempergunakan warna seperti Rubens. Kadang-kadang ia hanya mempergunakan
warna yang monoton saja. Kekuatan Rembrandt adalah pada penyusunan
cahaya. Dengan permainan cahaya ia dapat mengemukakan tema lukisannya.
Di samping teknik yang dikuasainya, hasil karyanya dapat menyelami lubuk
hati manusia. Karya Rembrandt: Nacht Wacht
Rococo
Pada
abad ke-17 Roma adalah pusat perhatian dunia di lapangan seni rupa,
seperti Paris pada masa sekarang. Di situ berkumpul seniman-seniman dari
seluruh Eropa. Banyak juga yang bermukim untu mempelajari karya-karya
besar seniman Rennaissance dan Barok.
Salah
satu pengaruh yang amat menonjol dan hubungan seniman-seniman luar
Italia dengan seniman-seniman Rennasissance adalah penempatan
pemandangan cara Italia. Mereka mengikuti jejak-jejak seniman-seniman
Rennaissance yang mempergunakan komposisi Rennaissance yang berdasarkan
komposisi Klasik, sehingga taman-taman, pohon-pohonanm semuanya
dipangkas rata, tidak menjulang ke udara. Demikian pula aliran
horizontalisme kaut berpengaruh, yang disebut gaya Italia.
Pada
pertengahan abad ke-18 kelihatan pengaruh Barok mulai menurun.
Sifat-sifatnya yang lincah, penuh perasaan, mulai kabur. Hal ini
disebabkan oleh karena seni Barok sudah demikian tinggi mencapai tingkat
yang ditujunya, sehingga sudah tidak melihat lagi jalan untuk
perkembangan selanjutnya. Keadaan yang demikian dinamakan “Rococo”,
yakni suatu istilah penamaan bagi kemunduran seni Barok. Istilah ini
diambil dari kata “Rocaille”, yakni seni kulit kerang, suatu hiasan yang
amat digemari pada waktu itu. Tetapi bukanlah karya seni yang tinggi
mutunya, melainkan seni pasaran saja.
Di
Perancis terlihat pengaruh Rococo lebih meluas setelah wafatnya Louis
IV. Gaya Rococo Prancis yang khas adalah lukisan –lukisan Jean Antoine
Watteau (1684 – 1721). Aliran ini membawakan sikap-sikap yang
berkehendak kepada kebebasan kosong, berlebih-lebihan, dan dibuat-buat.
Abad Kesembilan Belas
a. Klasisisme
Pada
zaman ini Napoleon mengagumi kegagahan bangsa Romawi. Ia menyenangi
arsitekturnya yang kukuh tegas, melambangkan keperkasaan. Akan tetapi,
meskipun Napoleon menyenangi sifat-sifat yang kukuh perkasa itu,
unsur-unsur yang baik dari Zaman Yunani dan dari Zaman Tengah
diterimanya juga. Oleh karena itu periode ini disebut “Klasisisme”.
Kehidupan
para seniman sampai pertengahan abad ke-19 masih tetap tergantung atau
dilindungi oleh kaum bangsawan atau orang-orang kaya, sehingga mereka
masih menduduki kelas yang baik dalam masyarakat.
Pada permulaan abad ke-19 lahir berbagai aliran neo.
Hal ini disebabkan karena orang telah mulai menemui kebuntuan setelah
mengalami klimaksnya pada Zaman Barok, yang telah ditandai oleh
kelahiran Rococo.
Pada
setiap zaman, jika pegangan orang banyak sudah mulai kabur, biasanya
lahir pula seseorang yang membawakan napas baru yang segar. Maka
tokoh-tokoh seni rupa mulai pula membawakan udara baru bagi perkembangan
seni rupa. Seperti juga yang sudah terlazim atau menjadi tradisi
manusia, jika mereka telah berada semikian maju dalam suatu kegiatannya
dan menemui kebuntuan, maka ia menggali kembali apa-apa yang sudah lama
yang telah terpendam untuk dijadikan unsur baru bagi perkembangan
kegiatannya. Maka sebagai kelanjutan Klasisisme, tumbuh Neo-gotik dengan
pesat.
b. Romantik
Aliran Romantik ditandai oleh kontras cahaya yang tegas, kaya dengan warna, dan komposisi yang hidup.
Perbedaan
Romantik dengan Klasisisme terlihat juga pada pengambilan tema. Aliran
Romantik senantiasa memilih kejadian-kejadian dahsyat sebagai tema,
penuh khayal dan perasaan, petualangan, atau tentang kejadian-kejadian
masa kuno atau tentang negeri-negeri Timur yang fantastis. Aliran ini
lebih menekankan bagian yang emosional dari tingkah laku dan sifat
manusia, daripada sifat yang rasional lebih mengutamakan kepercayaan dan
intuisi, bukannya kecerdasan. Meskipun dalam teknik kaum Romantik
sangat mahir, tetapi khayalannya akan lebih menguasai buah ciptaan
mereka.
Aliran
Romantik di Prancis amat kuat terlihat. Pada seni bangunannya, seperti
Notre Dame, aliran ini amat jelas mengambil unsur-unsur seni Romawi dan
Yunani yang diungkapkan secara romantis. Aliran ini lebih cenderung
mengemukakan temperamen senimannya daripada tekniknya.
Pelukis
Romantik yang terkenal adalah Theodore Gericault (1791 – 1824) dan
Eugene Delacroix (1798 – 1863). Mereka senantiasa melukiskan
kejadian-kejadian yang dahsyat, kegemilangan sejarah, serta
peristiwa-peristiwa yang sangat gugah perasaan. Pelukis pemandangan yang
dalam periose Romantik ini amat terkenal adalah Jean Baptiste Camille
Corot (1796 – 1875).
c. Impresionisme
Kata
Impresionisme sebenarnya adalah kata ejekan pada lukisan Claude Monet
(1840 – 1926), yang dipertunjukkan pada pameran di Paris tahun 1874.
Lukisan
Claude Monet ini menggambarkan bunga teratai dalam suasana cuaca pagi
hari. Warna-warnanya lembut, bentuk-bentuknya tidak tegas,
kekabur-kaburan oleh cuaca dan embun pagi. Karya Monet ini ditolak oleh
sebgian besar kritikus dengan dicap impresionisme
(terlalu mengesankan pandangan biasa), yakni sebagai kata ejekan. Monet
sebagai pelopor Impresionisme tetap meneruskan gaya melukis yang diejek
ini. Ia melukiskan pemandangan alam, kesibukan kota, dan lain-lain,
dengan menitikberatkan pada cuaca, yakni peralihan cuaca sepanjang hari.
Aliran ini didukung oleh pelukis-pelukis Prancis lainnya yang terkenal,
seperti Eduard Manet (1832 – 1883), Edgar Degas (1834 – 1971), Aguste
Renoir (1841 – 1919), Camille Pissaro (1831 – 1903), dan Alfred Sesley
(1840 – 1898). Di Jerman muncul pelukis Impresionisme Adolf Menzel (1815
– 1905) dan Lieberman (1874 – 1935).
d. Neo Impresionisme
Makin
majunya pengetahuan manusia tentang ilmu alam, membantu juga bagi para
pelukis dalam bidangnya. Dengan ditemukannya teor warna spektrum, yang
menyanggah anggapan bahwa cahaya matahari warnanya polos saja,
menimbulkan inspirasi pada pelukis Signac untuk membuat teori bahwa
suasana selalu dipengaruhi oleh spektrum yang berubah-ubah. endapat ini
melahirkan cara melukis yang lain dari biasa. Jika biasanya orang
melukis mencampurkan cat atau warna-warna terlebih dahulu diatas palet,
baru kemudian disapukan pada kanvas, maka cara baru ini menempatkan
langsung warna-warna secara berdekatan satu sama lain. Cara ini
dinamakan divisionisme.
Sebagai contoh nyata dapat dilihat pada karya mozaik. Jadi, prinsip
mozaik itu ada persamaannya dengan divisinisme, meskipun bukanlah itu
yang menjadi dasar. Makin kecil petak-petak warna ini, yang hampir
merupakan titik-titik, maka ia dinamakan pointilisme. Kesemuanya adalah bertujuan untuk membuat efek cahaya yang kuat. Dan aliran ini disebut Luminisme, yaitu Neo Impresionisme.
Munculnya
Luminisme ini disekitar tahun 1885, didukung oleh pelukis George Seurat
(1859 – 1891) dan Paul Signac (1863 – 1935). Neo Impresionisme ini
didukung pula oleh Paul Cezanne (1839 – 1906) dan Paul Gauguin (1848 –
1903).
e. Realisme
Setelah
menemui aliran Impresionisme, seniman-seniman mulai melihat kembali
kepada kenyataan. Sesungguhnya aliran Impresionisme tidak banyak
mendapat pengikut. Para pelukis lebih menaruh minta kepada kenyataan
yang sesungguhnya dan meresapkannya, melukiskan kenyataan sehari-hari
tanpa memberi suasana di luar kenyataan, tanpa menjiwai dengan perasaan
romantis. Yang dikemukakan terutama kenyataan dari kepahitan hidup,
penderita pekerja kasar, kesibukan-kesibukan kota dan pelabuhan.
Cara-cara memperindah lukisan seperti kaum Romantik, mereka tinggalkan.
Juga mereka menentang sikap hidup kaum Impresionis yang banyak melarikan
diri dari keriuhan manusia, mencari alam yang tenang dan sepi. Pelukis
Realisme yang terkenal adalah George Hendrik Breitner (1857 – 1923),
sedangkan pematung Realis adalah Rodin (Perancis)
f. Simbolisme dan Monumentalisme
Keadaan
masyarakat tidak terpisahkan dari perkembangan seni. Akhirnya pandangan
yang menganggap bahwa agama pun bukan saja penting, tetapi adalah
faktor yang menentukan pula di dalam seni, mulai meresapi jiwa para
seniman. Maka timbullah ilham untuk mewujudkan pandangan ini dalam
bentuk seni. Para seniman sudah tidak puas lagi dengan kenyataan
lahiriah saja. Mereka ingin menyelami lebih dari itu dan membawakannya
ke atas kanvas. Rangsangan baru ini dinamakan Simbolisme. Simbolisme jangan dikacaukan atau diacampuradukkan artinya dengan pengertian simbolis.
Arti simbolis ialah melambangkan sesuatu. Seperti jangkar adalah
lambang harapan, timbangan dengan wanita tertutup matanya adalah lambang
pengadilan, dan sebagainya. Karya Simbolisme ini pada umumnya
melukiskan pergolakan batin yang menghadapi berbagai perasaan.
Simbolisme yang dibawa kepada bentuk yang lebih sederhana mewujudkan
hiasan atau perlambangan, maka ia dinamakan juga Monumentalisme.
Simbolisme lebih mengutamakan unsur-unsur kerohanian. Sebagai imbangan
dari periode Impresionisme yang telah mengabaikan faktor ketuhanan, maka
pelopor-pelopor Simbolisme memulai dengan membawakan aliran ini untuk
menyadari kembali akan hukum ada dan tiada.
Abad Kedua Puluh
Aliran-aliran
baru yang lahir pada pertengahan bagian kedua dari abad ke-19, seperti
Impresionisme, Realisme, Simbolisme, dan Monumentalisme, pada abad ke-20
masih melanjutkan perkembangannya.
Tokoh-tokoh
terkemukanya , kecuali Vincent van Gogh (meniggal pada tahun 1980),
semuanya meninggal pada permulaan abad ke-20, seperti Gauguin (1903),
Cezanne (1960), dan Douanier (1910).
Karya
keempat pelukis yang disebutkan di atas menjadi pembicaraan resmi di
antara tahun 1905 – 1920. banyak orang memperdebatkan, membicarakan,
dan menulis serta berteori tentang karya-karya mereka ini. Dan
hasil-hasil teori inilah yang memberikan nama kepada setiap aliran itu.
a. Fauvisme
Pelopor
aliran ini ialah Henri Matiasse. Syarat untuk melihat lukisan-lukisan
mereka ini hendaklah kita menyampingkan apa yang dimaksud dengan lukisan
itu. Pelukisnya adalah pencinta, dan melukis karena cinta akan melukis.
Kita tidak usah mencari kesungguhan isi atau meminta sesuatu yang
mengandung pengertian. Mereka melukiskan apa saja yang mereka sukai.
Pemandangan alam, pantai laut, alam benda, bunga-bungaan dan sebagainya,
memberi warna semaunya, bahkan kalau dirasa perlu, bentuk-bentuknya
diberi garis pinggir yang tegas.
b. Kubisme
Aliran
ini membawa objeknya kepada wujud bersegi-segi, punya kesan yang
monumental, terutama untuk seni patung. Tokoh aliran ini adalah :
Pablo Picasso, G. Braque, Paul Cezanne
c. Futurisme
Aliran
ini sangat mengagungkan peperangan. Futurisme dapat dipandang sebagai
pendobrakan faham kubisme, yang dianggap statis dalam soal komposisi,
garis dan pewarnaan. Futurisme mengabdikan diri pada gerak, sehingga
dalam contoh lukisannya, yaitu anjing lari dibuat kakinya banyak sekali. Tokoh aliran ini adalah :
Umbrto Boccioni, Carlo Carra, dll.
d. Absolutisme
Alira
absolutisme membuang sama sekali bentuk alam. Menurut faham aliran ini,
seni lukis haruslah secara murni merupakan kesatuan dari warna-warna,
garis-garis, dan bidang-bidang. Bentuk alam tiadalah tempatnya pada
suatu lukisan.
Pelopor aliran ini adalah Wassily Kadinsky. Ia adalah orang Rusia yang menetap di Munchen pada tahun 1911.
e. Esensialisme
Menurut
faham aliran ini, yang esensial dalam keseimbangan kosmis adalah
kesatuan dari daya angkat yang menyebabkan semuanya berada di tempatnya
masing-masing. Keseimbangan kosmis adalah yang esensial dari semua yang
ada. Pengungkapan yang esensial ini adalah tujuan seni. Maka itu aliran
ini dinamakan Esensialisme.
Pelopor aliran ini adalah pelukis Belanda Piet Mondriaan (1872 – 1945) yang tinggal di Paris.
f. Elementarisme
Istilah
Elementarisme ini diucapkan oleh Theo van Doesburg, seorang seniman
Belanda yang berpendirian bahwa dalam menciptakan hasil seni, jiwa
haruslah dalam keadaan sebebas-bebasnya.
Pada
karya-karya aliran ini tampak bidang-bidang diisi dengan garisi-garis
miring yang dimaksud sebagai gerak, mengesankan suatu kegiatan
perjuangan..
g. Ekspresionisme
Aliran
ini berusaha mencurahkan jiwa atau perasaan seluruhnya pada waktu
melukis untuk menyatakan segala sesuatu yang dipiirkan maupun dirasakan
pelukis terhadap objeknya. Pengolahan bentuk dan warna dicurahkan secara
cepat dan spontan, sejujur-jujurnya menurut perasaan pelukis. Tokohnya
adalah :
Vincent van Gogh, Paul Gaguin, Ernast, dll.
h. Dadaisme
Aliran
dada merupakan isyarat nihilistis dari ailran yang berikutnya. Aliran
ini lahir di Zurich, tumbuh dalam suasana perang dunia I. sifatnya anti
seni. Anti perasaan, cenderung kepada kekerasan. Karyanya serba aneh.
Misalnya lukisan “Monalisa” yang diberi kumis. Tokohnya ialah Ruigi
Russalo, Severini.
i. Surealisme
Kaum
surealisme berusaha membebaskan diri dari kontrol kesadaran,
menghendaki kebebasan besar sebebas orang bermimpi. Gerakannya sangat
dipengaruhi oleh ajaran-ajaran ilmu jiwa. Tokoh aliran ini ialah:
Salvador Dali dan J. Miro
j. Neo Realisme
Pokok
lukisan selalu diambil dari hal-hal yang nyata dan biasa. Makin biasa
makin baik. Hal ini adalah suatu tantangan terhadap aliran yang
diperindah, bersifat poetis, sentimental, dan romantis.
Pelukis-pelukis
Neo-Realisme adalah Fermhout (1922), Schumacher (1894), Willink (1900),
Pijke Kock (1910), Raoul Hynckes (1893), Dick Ket (1902).
k. Neo Klasisme
Seni rupa yang berkembang di Eropa, mula-mula lahir di Yunani kuno. Berpusat pada homosentris. Dengan pelopornya Louis David.
Kesimpulan
Faktor
utama , seni adalah sesuatu yang abstrak, terutama seni murni. Akan
tetapi seni modern yang dipelopori oleh seniman-seniman Kubisme,
dapatlah dilihat hasilnya yang positif, yaitu di bidang seni pakai.
Sejak
abad ke-20 ini seni rupa, terutama seni lukis, telah diberi batas
tegas, mana yang seni murni dan mana yang bukan. Dulu hal ini campur
aduk saja, sehingga orang selalu menemui kesulitan dalam menilai. Sejak
adanya batas-batas ini, terutama di bidang seni niaga yang erat sekali
hubungannya dengan perekonomian, para penilai tidak mendapat kesulitan
lagi. Meskipun di satu pihak mutu seninya sudah menjadi rendah daripada
pihak yang lain, akan tetapi di dalam fungsinya ia mencapai tujuannya.
Seni
abstrak berpengaruh besar di bidang seni bangunan. Maka untuk
mengimbangi kemajuan yang pesat ini, seni pakai menjadi pelopor. Ia
menerima unsur-unsur Abstrak, gaya Kubisme dari bidang seni murni. Dan
haslnya sedikit banyaknya, meskipun secara tidak atau belum disadari,
mendatangkan keuntungan juga bagi seni murni. Tentulah untuk menguraikan
tentang perkembangan seni Abstrak ini memerlukan penulisan secara
khusus. Akan tetapi dapat disimpulkan bahwa seni Abstrak untuk permulaan
dan hingga ke penghujung abad ini dapat diterima oleh masyarakat ramai.
sumber. http://galeriafasyaartstudio.blogspot.com
Komentar