Kecemburuan Kaum Anshar Terhadap Rasulullah SAW
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberi kemenangan bagi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan takluknya Quraisy dan kota Makkah (saat itu Rasulullah bermukim di kota Madinah). Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pun berangkat menuju bukit Shafa lantas berdoa di sana.
Melihat kemenangan ini dan keadaan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, sebagian sahabat Anshar (penduduk kota Madinah yang berjuang bersama Rasulullah, red) menjadi risau.
Mereka berkata satu sama lain: “Beliau ini sudah dihinggapi kecondongan kepada kerabat dan berlemah lembut kepada familinya.”
An-Nawawi rahimahullahu menerangkan bahwa makna hadits ini ialah kaum Anshar melihat kelembutan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada penduduk Makkah, menahan diri tidak menyerang mereka. Akhirnya orang-orang Anshar menyangka bahwa beliau akan kembali menetap di Makkah selamanya dan meninggalkan mereka serta kota Madinah. Hal ini tentu saja merisaukan mereka.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa wahyu datang ketika itu kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalaam. Kalau wahyu datang, tidak ada seorang pun mengangkat pandangannya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sampai beliau selesai menerima wahyu. Setelah wahyu berhenti, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Wahai sekalian Anshar!”
“Kami sambut panggilanmu, wahai Rasulullah,” sahut mereka.
Kata beliau: “Kalian tadi mengatakan: ‘Beliau ini sudah dihinggapi kecondongan kepada kerabatnya’.”
“Memang demikian,” jawab mereka.
Beliau pun menegaskan: “Sekali-kali tidak. Sungguh, aku adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku telah berhijrah kepada Allah, dan ke negeri kalian untuk menjadikannya sebagai tanah air kedua. Aku tidak akan meninggalkannya, bahkan tidak akan rujuk dari hijrah tersebut. Hidupku bersama kalian, dan mati di sisi kalian.”
Akhirnya mereka memandang ke arah beliau sambil menangis dan berkata: “Demi Allah, tidaklah kami berkata demikian melainkan karena kami sangat ingin dekat dengan Allah dan Rasul-Nya. Tidak ingin ada yang istimewa dengan engkau selain kami.”
Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata: “Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya membenarkan kalian dan menerima alasan kalian.”
Duhai, alangkah agungnya kedudukan mereka dan betapa mulia pujian serta sanjungan untuk kaum Anshar g. Yaitu orang-orang yang beruntung menjadi pembela dan penolong manusia terbaik. Sebab itu pula mereka beruntung menerima pembenaran serta uzur dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shalallahu ‘alaihi wa sallam atas apa yang mereka ucapkan. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhai mereka.
Penulis : Al-Ustadz Abu Muhammad Harist
Komentar